Pages

Minggu, 23 Maret 2014

PENONTON TERBAWA ARUS PERTUNJUKAN





          Pertunjukan “perempuan titik nol” karya Nawal El Sadaawi yang disutradarai oleh Edy Suisno, S.sn.,M,Sn. Pertunjukan monolog ini yang diperankan oleh Fitri Rahmah“OMA”. Pertunjukan ini yang ditampilkan di Gedung teater arena pada tanggal 2 Desember 2013. Pertunjukan ini berlangsung dalam rangka ajang kreatifitas dosen teater.
          Monolog merupakan pertunjukan satu orang bisa dikatakan one man play, monolog itu hanya bercerita sendiri. Cerita tentang diri sendiri, orang lain, maupun tentang makhluk lainnya. Monolog tidak mudah untuk memerankannya, hanya orang-orang tertentu yang mampu untuk bermonolog. Bukan berarti tertutup kemungkinan orang lainpun mampu melaksanakan atau memainkan monolog tersebut. bermain monolog ataupun pertunjukan lainnya yang terpenting adalah menjiwai tokoh yang akan diperankan.
          Prolog: persahabatan itu sejatinya adalah dialektika yang menegang, bersikukuh dalam perdebatan, lalu beringsut menjadi keheningan suatu “ wisdom”. Ia terajut untuk menggayuh “ kekayaan jiwa”. Naskah ini menuntut seseorang untuk mengembalikan suatu kejujuran. Suatu kejujuran tentang kita, dengan jenis kelamin yang kita miliki sekaligus pandangan kita tentang dia yang memiliki jenis kelamin yang berbeda dengan kita.
          cerita dalam naskah perempuan titik nol ini bertitik tolak pada fakta sosial yang ditelusuri penulisnya disebuah perkampungan kota kecil, di Lebanon. Seorang perempuan yang bernama Firdaus mengalami estafet penderitaan yang seolah tidak mengenal kata putus, harkat, harga diri, martabat, kebebasan memilih, bahkan kehormatannya yang telah tercabik-cabik. Perempuan itu terjerat arus deras yang tidak terbendung lagi, ia menjadi seorang prostitusi yang sukses. Sebelum akhirnya ia terjaga, bahwa dimata orang yang sewenang-wenang kebenaran itu sesungguhnya sangat liar dan berbahaya terutama bagi mereka yang tak putus mengambil keuntungan dunia dengan cara berdiri di atas penderitaan orang lain.
          Pertunjukan yang berdurasi satu jam setengah itu membuat mata penonton terpesona dengan aksi-aksinya yang bergitu memukau. Saya sebagai penonton dapat merasakan apa yang telah dirasakannya dalam cerita tersebut. pertunjukan yang berhasil itu tidak hanya mendapatkan sorakan yang meriah dari penonton, tetapi pertunjukan yang berhasil itu adalah pertunjukan yang mampu membuat penonton merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh tersebut.
          Pertunjukan perempuan titik nol ini yang dilangsungkan satu jam setengah itu sudah cukup terlalu lama untuk sebuah monolog. Pertunjukan ini mampu memukau mata penonton dan membuat penonton takjub akan aksinya di atas panggung arena tersebut.

Minggu, 16 Maret 2014

RANAH TEATER

PERTUNJUKAN RANAH TEATER PADANG

          Pertunjukan ranah taeter padang pada hari senin, 9 Desember 2013 yang dipertunjukan di Teater arena ISI Padangpanjang. Pertunjukan yang berlangsung selama satu setengah jam itu membuat penonton termenung apakah penonton tersebut mengerti dengan cerita yang diangkatnya tersebut atau tidak?. Setelah saya bertanya kebeberapa orang yang duduk dekat saya, dia mengatakan bahwa dia tidak mengerti dengan apa yang sedang dipertunjukan. Sebenarnya pertunjukan tersebut berakar dari sumatera barat yaitu diangkat dari cerita perang padri (perselisihan antara kaum adat dengan kaum agama).
          Sekilas tentang perang padri: Perang Padri adalah peperangan yang berlangsung di Sumatera Barat dan sekitarnya terutama di kawasan Kerajaan Pagaruyung dari tahun 1803 hingga 1838.[1] Perang ini merupakan peperangan yang pada awalnya akibat pertentangan dalam masalah agama sebelum berubah menjadi peperangan melawan penjajahan.
          Perang Padri dimulai dengan munculnya pertentangan sekelompok ulama yang dijuluki sebagai Kaum Padri terhadap kebiasaan-kebiasaan yang marak dilakukan oleh kalangan masyarakat yang disebut Kaum Adat di kawasan Kerajaan Pagaruyung dan sekitarnya. Kebiasaan yang dimaksud seperti perjudian, penyabungan ayam, penggunaan madat, minuman keras, tembakau, sirih, dan juga aspek hukum adat matriarkat mengenai warisan, serta longgarnya pelaksanaan kewajiban ritual formal agama Islam. Tidak adanya kesepakatan dari Kaum Adat yang padahal telah memeluk Islam untuk meninggalkan kebiasaan tersebut memicu kemarahan Kaum Padri, sehingga pecahlah peperangan pada tahun 1803.
          Hingga tahun 1833, perang ini dapat dikatakan sebagai perang saudara yang melibatkan sesama Minang dan Mandailing. Dalam peperangan ini, Kaum Padri dipimpin oleh Harimau Nan Salapan sedangkan Kaum Adat dipimpinan oleh Yang Dipertuan Pagaruyung waktu itu Sultan Arifin Muningsyah. Kaum Adat yang mulai terdesak, meminta bantuan kepada Belanda pada tahun 1821. Namun keterlibatan Belanda ini justru memperumit keadaan, sehingga sejak tahun 1833 Kaum Adat berbalik melawan Belanda dan bergabung bersama Kaum Padri, walaupun pada akhirnya peperangan ini dapat dimenangkan Belanda.
          Perang Padri termasuk peperangan dengan rentang waktu yang cukup panjang, menguras harta dan mengorbankan jiwa raga. Perang ini selain meruntuhkan kekuasaan Kerajaan Pagaruyung, juga berdampak merosotnya perekonomian masyarakat sekitarnya dan memunculkan perpindahan masyarakat dari kawasan konflik.
          Saya sendiripun sempat bingung terhadap pertunjukannya, karena artikulasi aktor-aktor tidak jelas sampai ke belakang penonton yang menyebab kurang mengerti dengan alur cerita yang ditonton tersebut. irama dialog dan ekspresi wajah aktor kurang mendukung. Tema pertunjukannya sangat bagus yaitu mengangkat cerita yang ada di Sumatera Barat sendiri. Kostum yang dipakai dalam pertunjukan sesuai dengan tema yang diangkat yaitu antara kaum adat dengan kaum agama yang memakai baju kurung. Hal yang mendukung terciptanya suasana pertunjukan dari segi lampu, penataan lampu waktu pertunjukan tidaklah sesuai dengan apa yang diharapkan. Penerangan Lampunya sering melenceng, sehingga penerangan lampunya tidak tepat menerangi aktor.

          Hal tersebut merupakan masukan bagi aktor, sutradara dalam melanjutkan karyanya, semua itu adalah masukan teman-teman di Teater ISI Padangpanjang. Orang yang ingin maju adalah orang yang mau menerima berbagai kritikan orang dan memperbaikinya ke arah yang lebih baik. Hal yang paling penting dalam sebuah pertunjukan adalah memandang posisi penonton. gagal atau suksesnya suatu pertunjukan tergantung kepada respon penonton saat melihat pertunjukan. 

AKSI MAHASISWA ISI PADANGPANJANG










\
                                         gambar kampus ISI Padangpanjang sekarang


          Aksi mahasiswa ini (demo) yang di mulai dari bulan Februari hingga mencapai puncaknya pada hari Rabu tanggal 12 Maret 2014. Kampus ISI mulai mencatat sejarah pada hari itu. Semua mahasiswa berkumpul di depan gedung rektorat ISI Padangpanjang. Awalnya aksi ini tidaklah seburuk yang dipikirkan, hanya karena Akreditasi hingga ujung-ujungnya menurunkan Rektor ISI Padangpanjang (Mahdi Bahar). Hal ini terjadi karena tidak ada tanggapan masalah tersebut bagi pihak yang berkaitan yaitu Mahdi Bahar. Aksi ini terjadi karena tidak ada penjelasan atau komentar dari Rektor.
          Di dekat tiang bendera sudah berkobar si jago merah yang merupakan luapan emosi atau amarah dari mahasiswa ISI Padangpanjang. Semua mahasiswa mengelilingi taman di depan Rektorat ISI Padangpanjang sambil menyanyikan lagu Indonesia raya. Kemudian pada siang harinya, hal yang di nanti-nanti sudah datang. Rektor ISI Padangpanjang sudah datang, semua mahsiswa bersorak untuk meminta penjelasan, Rektor pun tidak memberikan ucapan atau sepatah kata pun.
          Aksi menjadi memanas, bersorak “turunkan Mahdi Bahar” sampai dia pun akhirnya turun menjadi Rektor ISI Padangpanjang. Aksi ini di dukung dengan adanya tari-tarian, musik, pantomime.
Tanggal 13 Maret 2014 semua jurusan berkumpul untuk melaksanakan pelantikan atau peresmian BEM dan SENAT ISI Padangpanjang yang dilaksanakan di depan gedung Rektorat ISI Padangpanjang. Selepas dari itu setiap malam mahsiswa ISI Padangpanjang menggelar acara (musik, tari, pantomime). Acara ini berlangsung selama belum ada penggati Rektor ISI Padangpanjang yang baru.
          Semoga pengganti Rektor baru ISI Padangpanjang dapat memberikan yang terbaik selama kepemimpinannya, dan tidak ada lagi membatasi kreatifitas di kampus ISI Padangpanjang.    

Minggu, 09 Maret 2014

Lakon Antigon



LAKON BE-ANTIGON DI ADAPTASI DARI NASKAH ANTIGON KARYA SHOPOKLES
SUTRADARA “REZA ASTIKA”

Trilogi Shopokles yang sudah banyak dikenal pada umat teater, yang mengisahkan kehidupan kerajaan yang tragis dengan perseteruan dalam kota thebes tersebut. Trilogi Shopokles tersebut adalah Oidipus sang raja, Oidipus Di Kolonus, dan Antigon. Semua cerita tersebut saling menyambung satu sama lainnya. Mulai dari Oidipus memerintah kota Thebes dengan akhirnya digantikan oleh Creon. Fokus kepada cerita antigon setelah Oidipus meninggal dunia dan anak-anak sekaligus adik bagi Oidipus tersebut pergi ke kerajaan thebes kembali untuk menggungkapkan kebenaran yang sebenarnya. Kebenaranpun akan tetap abadi sampai kapanpun.
Oleh: Wiwi Wulandari


            Antigon yang terkenal dengan kisah tragis itu menjadi pusat perhatian penonton pada waktu pertunjukan teater dengan sutradara Reza Astika yang di ajukan untuk ujian semesternya yang bertemakan “ kontemporer”menjadi Be-Antigon. Naskah lakon Shopokles yang terkenal dengan naskah klasik, sekarang naskah tersebut diadaptasikan menjadi naskah kontemporer yaitu menjadi naskah kekinian, yang mudah dipahami dengan dialog-dialog yang lebih keseharian.
            Oidipus, setelah keluar dari negri Thebes bersama kedua adiknya sekaligus anaknya itu. Kedua anaknya selalu mengawani ayahnya tersebut hingga Oidipus meninggal di tanah yang dianggap suci. Kedua anaknya itu pergi ke Thebes untuk mencari kebenaran dan mencari kebusukan Creon. Creon yang sangat jahat kepada orang lain yang akhirnya hidupnya ditimpa oleh kemelaratan dan kematian di akhir hayatnya.
            Sebenarnya tidakpun pada zaman klasik maupun zaman lainnya, suatu negara itu pasti adanya sistem pemerintahan yang memimpin rakyatnya. Sistem pemerintahan juga terdapat konflik yang mengebabkan pemimpin itu terpuruk dengan kepemimpinanya selayaknya sistem pemerintahan yang terjadi pada zaman sekarang. Pemimpin tidak lagi peduli dengan rakyatnya yang hanya mempedulikan nasibnya sendiri.  Pengadaptasian menjadi kekinian ini tentu tidak boleh melenceng dari cerita sebenarnya, harus dalam lingkaran cerita tersebut. harus sesuai dengan alur cerita yang sebenarnya.
            Naskah Antigon menjadi pilihan sutradara itu pun menjadi menarik dengan dihadirkan seperti kehidupan sehari-hari layaknya orang yang hidup di kota-kota besar. Awalnya peristiwa dihadirkan dalam suasana yang damai dengan adanya tempat duduk meja tamu dengan dua gelas minuman yang sudah tersaji di atasnya. Iringan musik lagu yang dinyanyikan dengan suara yang indah membuat semua penonton terpukau pada waktu itu. Saya duduk dibangku penonton juga ikut terpukau dengan lagu yang dinyanyikan oleh Bean pengganti Antigon dalam naskah Antigon yang sebenarnya. Menarik sekali dengan cerita yang diadaptasian ini menjadi cerita kekinian. Dialognya pun  sangat berbeda dengan dialog naskah yang sesungguhnya. Naskah sesungguhnya dengan dialog orang-orang kerajaan dengan vokal yang besar. Sedangkan lakon Be Antigon ini layaknya seperti dialog keseharian saja.
            Settingan cerita kedua setelah lagu dinyanyikan tersebut, terjadi di rumah creon. Semua konflik cerita terjadi dalam rumah tersebut. Perseteruanpun semakin menjadi-jadi. cerita yang dihadirkan sangat menarik perhatian penonton, sayangnya walaupun mengadatasikan naskah tapi tidak harus menukar nama tokoh yang bermain di dalamnya itu membuat orang lain khususnya orang awam yang menonton pertunjukan tersebut susah untuk menangkap cerita asli dari naskah Shopokles tersebut.
            Pertunjukan tersebut juga pertukaran adegan dengan mematikan lampunya agak lama, terlalu sering mematikan lampunya sehingga pertunjukan jadi kurang menarik. Mungkin itu disebabkan dengan persiapan aktor yang agak lama yang membuat penonton agak menunggu terlalu lama. Settingan panggung tergambar dengan baik, sesuai dengan cerita dan settingan tempat, suasana, waktu yang ada dalam cerita tersebut. busana yang dipakai oleh pemain mendukung sekali dengan settingan waktu pada saat itu, Tidak lagi memakai kostum zaman kerajaan.
            Permainan aktor dalam naskah Be Antigon, semua aktor yang bermain, dia memainkan perannya sesuai dengan tokoh cerita. Cerita yang ingin disampaikan dapat diterima baik oleh pemikiran penonton. Permainan aktor satu sama lainnya memiliki respon diantara satu sama lainnya. Akting yang sesungguh yaitu bermain dengan sungguh-sungguh, lebur ke dalam peran tokoh yang sedang di perankan, dan yang paling pentingnya yaitu dapat memberikan respon kepada lawan main dan menghidupkan peran lawan main kita.