Pages

Minggu, 16 Maret 2014

RANAH TEATER

PERTUNJUKAN RANAH TEATER PADANG

          Pertunjukan ranah taeter padang pada hari senin, 9 Desember 2013 yang dipertunjukan di Teater arena ISI Padangpanjang. Pertunjukan yang berlangsung selama satu setengah jam itu membuat penonton termenung apakah penonton tersebut mengerti dengan cerita yang diangkatnya tersebut atau tidak?. Setelah saya bertanya kebeberapa orang yang duduk dekat saya, dia mengatakan bahwa dia tidak mengerti dengan apa yang sedang dipertunjukan. Sebenarnya pertunjukan tersebut berakar dari sumatera barat yaitu diangkat dari cerita perang padri (perselisihan antara kaum adat dengan kaum agama).
          Sekilas tentang perang padri: Perang Padri adalah peperangan yang berlangsung di Sumatera Barat dan sekitarnya terutama di kawasan Kerajaan Pagaruyung dari tahun 1803 hingga 1838.[1] Perang ini merupakan peperangan yang pada awalnya akibat pertentangan dalam masalah agama sebelum berubah menjadi peperangan melawan penjajahan.
          Perang Padri dimulai dengan munculnya pertentangan sekelompok ulama yang dijuluki sebagai Kaum Padri terhadap kebiasaan-kebiasaan yang marak dilakukan oleh kalangan masyarakat yang disebut Kaum Adat di kawasan Kerajaan Pagaruyung dan sekitarnya. Kebiasaan yang dimaksud seperti perjudian, penyabungan ayam, penggunaan madat, minuman keras, tembakau, sirih, dan juga aspek hukum adat matriarkat mengenai warisan, serta longgarnya pelaksanaan kewajiban ritual formal agama Islam. Tidak adanya kesepakatan dari Kaum Adat yang padahal telah memeluk Islam untuk meninggalkan kebiasaan tersebut memicu kemarahan Kaum Padri, sehingga pecahlah peperangan pada tahun 1803.
          Hingga tahun 1833, perang ini dapat dikatakan sebagai perang saudara yang melibatkan sesama Minang dan Mandailing. Dalam peperangan ini, Kaum Padri dipimpin oleh Harimau Nan Salapan sedangkan Kaum Adat dipimpinan oleh Yang Dipertuan Pagaruyung waktu itu Sultan Arifin Muningsyah. Kaum Adat yang mulai terdesak, meminta bantuan kepada Belanda pada tahun 1821. Namun keterlibatan Belanda ini justru memperumit keadaan, sehingga sejak tahun 1833 Kaum Adat berbalik melawan Belanda dan bergabung bersama Kaum Padri, walaupun pada akhirnya peperangan ini dapat dimenangkan Belanda.
          Perang Padri termasuk peperangan dengan rentang waktu yang cukup panjang, menguras harta dan mengorbankan jiwa raga. Perang ini selain meruntuhkan kekuasaan Kerajaan Pagaruyung, juga berdampak merosotnya perekonomian masyarakat sekitarnya dan memunculkan perpindahan masyarakat dari kawasan konflik.
          Saya sendiripun sempat bingung terhadap pertunjukannya, karena artikulasi aktor-aktor tidak jelas sampai ke belakang penonton yang menyebab kurang mengerti dengan alur cerita yang ditonton tersebut. irama dialog dan ekspresi wajah aktor kurang mendukung. Tema pertunjukannya sangat bagus yaitu mengangkat cerita yang ada di Sumatera Barat sendiri. Kostum yang dipakai dalam pertunjukan sesuai dengan tema yang diangkat yaitu antara kaum adat dengan kaum agama yang memakai baju kurung. Hal yang mendukung terciptanya suasana pertunjukan dari segi lampu, penataan lampu waktu pertunjukan tidaklah sesuai dengan apa yang diharapkan. Penerangan Lampunya sering melenceng, sehingga penerangan lampunya tidak tepat menerangi aktor.

          Hal tersebut merupakan masukan bagi aktor, sutradara dalam melanjutkan karyanya, semua itu adalah masukan teman-teman di Teater ISI Padangpanjang. Orang yang ingin maju adalah orang yang mau menerima berbagai kritikan orang dan memperbaikinya ke arah yang lebih baik. Hal yang paling penting dalam sebuah pertunjukan adalah memandang posisi penonton. gagal atau suksesnya suatu pertunjukan tergantung kepada respon penonton saat melihat pertunjukan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar