PERAN
PENTING PENONTON DALAM SENI PERTUNJUKAN TEATER
Seorang
seniman dalam menciptakan suatu karya seni, tidak hanya untuk memenuhi
kebutuhannya saja sebagai pencipta karya seni, tetapi tujuan penciptaan itu
harus ditujukan kepada penonton. demikian begitu pentingnya posisi masyarakat
sebagai penonton. Masyarakat sebagai penonton tidak hanya berperan sebagai
penonton saja, tetapi juga menjadi tempat untuk seniman berinspirasi.
Inspirasi, sebagian didapatkan oleh seniman dari masyarakat dalam mengembangkan
idenya dalam berkarya. Syarat utama terciptanya suatu karya seni pertunjukan
dengan adanya penonton.
Unsur-unsur
teater yang terdiri dari lakon (naskah) yang di dalamnya terdapat cerita yang
akan dimainkan oleh aktor-aktor atau pemainnya, artis-artis teater yang
meliputi sutradara yaitu seniman yang kreatif yang mewujudkan naskah secara
menyeluruh ke dalam kenyataan teater, aktor atau aktris yaitu seniman yang
mewujudkan peran drama ke dalam kenyataan teater, penata artistik yaitu seniman
yang merancang bentuk-bentuk artistik yang mempunyai hubungan dengan latar
belakang lakon dalam pementasan, penata musik yaitu seniaman yang merancang
musik pengiring perwujudan lakon ke dalam kenyataan teater, penata rias yaitu
seniman yang merancang bentuk rias yang akan dikenakan pemain sesuai dengan
naskah lakon, penata busana yaitu seniman yang merancang bentuk-bentuk busana
sesuai dengan naskah lakon yang akan dipentaskan , dan lain-lainnya), pentas,
peralatan pada waktu pementasan (seperti lampu, skenery, properti, alat rias
dan busana), penonton.
Semua yang terlibat dalam penciptaan karya
seni teater merupakan pencipta dalam terbentuknya pertunjukan teater, dan semua yang menciptakan pertunjukan ini
khususnya sutradara harus mampu membaca pola pikir penonton yang akan dituju
nantinya. Respon penonton atas lakon akan menjadi suatu respons yang
berlungkar, bolak-balik antara penonton
dan yang ditonton. Banyak sutradara yang tidak memperhatikan masalah
penontonnya, dan menganggap penonton sebagai kelompok konsumsi yang akan bisa
menerima begitu saja apa yang disuguhkan sehingga, apabila terjadi kegagalan
dalam produksi lakon sering penonton dianggap sebagai penyebabnya karena mereka
tidak mengerti atau kurang terdidik untuk mengerti ide suatu lakon. [1]
Demikian
pentingnya posisi penonton, yang harus dipertimbangkan lagi jenis dan kualitas
pertunjukan yang akan disuguhkan kepada penonton. mempertimbangkan disini
maksudnya yaitu dengan memahami tujuan penonton yang akan dihadirkan harus
mampu memahami isi dari pertunjukan. Tidak hanya memenuhi kewajiban berkarya
bagi si pelaku seni, tapi juga mampu memenuhi keinginan penonton. Penonton
datang menghadiri suatu pertunjukan dan berharap untuk mendapatkan kepuasan
yang diinginkannya. Menonton pertunjukan, bisa membuat penonton terpukau dan
mendapatkan pesan yang ingin disampaikan melalui cerita pertunjukan. Cerita
dari pergelaran (teater) tidak akan tercipta tanpa adanya masyarakat, karena
cerita yang diangkat dalam sebuah pertunjukan teater masih cerita yang terjadi disekitar masyarakat
tersebut.
Teater
hadir dalam kehidupan yang dapat ‘mewarnai’ hidup. Ini berarti, dalam hidup
sejatinya siapapun telah melakukan ‘aktivitas teater’ secara tidak disengaja. Teater
sejatinya adalah kehidupan yang ‘hidup’, yang ‘dipindahkan’ ke atas pentas
untuk dipertunjukan pada penonton. Tanpa kehidupan, teater tidak akan tercipta,
jadi teater merupakan sari pati atau inti sari kehidupan. Selain itu, teater
adalah tempat para aktor memperlihatkan suatu kenyataan ciptaan, kenyataan
hasil proyeksi, yang secara aktual sesungguhnya tidak ada dan menciptakan suatu
kehidupan monumental di atas panggung, bukan sekedar meniru suatu kehidupan
aktual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar