Kereta
kencana karya eugene ionesco yang diadaptasi oleh Darminta soeryana ke dalam
adat aceh yang berjudul “Bahtera” yaitu sebuah kapal yang dibangun atas
perintah Tuhan untuk menyelamatkan Nabi Nuh a.s., keluarga yang beriman,
kaumnya yang beriman dan kumpulan binatang yang ada di seluruh dunia dari air
bah. Kisah ini terdapat dalam Kitab Kejadian dalam Perjanjian Lama dan Al-Quran.
Alasannya mengangkat naskah kereta kencana ke dalam adat aceh yaitu sebagai tuntutan
akademik yaitu melayu berjaya, dan juga bagi mahasiswa teater kurangnya
pembelajaran mengadaptasi naskah lakon, jadi berguna sebagai pembelajaran bagi
mahasiswa khususnya mahasiswa teater. Naskah kereta kencana, yaitu naskah luar
yang diadaptasi ke dalam naskah yang bertemakan melayu yaitu adat aceh. Seorang
jendral dalam naskah kereta kencana diganti ke dalam bahasa aceh yaitu
panglima, panggilan istri kepada suaminya dalam naskah kereta kencana yaitu
Hendri diganti dengan Cut Pak, dan sebaliknya panggilan seorang suami kepada
istrinya yaitu Cut Nyak.
Naskah
Kereta kencana atau yang sudah di adaptasi menjadi Bahtera, merupakan sepasang
suami istri yang tidak memiliki seorang anak, umurnya yaitu 200 tahun, mereka
menghabiskan waktu berdua. Tokoh kakek dalam naskah Bahtera merupakan seorang
panglima yang terlupakan dan hanya bisa menghabiskan waktu dengan berkhayal dan
memimpikan ingin memiliki seorang anak. Analisis naskah tersebut, bahwa sang
sutradara yaitu Daraminta Soeryana mengangkat boneka sebagai properti, karena
pada dahulunya seorang istri tersebut mual-mual dan seorang suami membawanya ke
dukun, karena musim itu belum ada dokter. Tibanya di tempat dukun tersebut,
ternyata seorang istri yang mual-mual tadinya hanya masuk angin. Dan sebagai
obatnya sang suami membelikannya boneka, sampai pada akhirnya membeli boneka
sudah menjadi kebiasaan dan rumah dipenuhi oleh boneka, ada yang bergantungan,
dan ada yang berserakan. Penggunaan ayunan anak yang menandakan bahwa mereka
sangat merindukan kehadiran seorang anak.
Boneka
yang dihadirkan oleh sutradara di atas panggung berjumlah lebih kurang 150 buah
boneka yang bergantungan dan berserakan di atas panggung. Tokoh istri yang di
perankan oleh Leni Efendi, S.Sn, M.Sn yang merupakan Dosen jurusan teater.
tokoh suami yang diperankan oleh Hanafi yang merupakan mahasiswa jurusan teater
yang mengambil minat pemeranan.
Terciptanya
pertunjukan ini didanai oleh dana Dipa atas lolosnya seleksi dalam mengajukan
proposal untuk membuat suatu karya. Ada tiga dosen teater yang lolos
mendapatkan dana Dipa tersebut yaitu Darminta Soeryna, Dede Pramayoza, dan
Henriko Alamo. Ketiga dosen tersebut mengangkat sebuah naskah yang berbeda adat
ketiganya. Bapak Riko mengangkat sebuah naskah yang beradatkan Jawa, Bapak Dede
mengangkat sebuah naskah yang beradatkan Minangkabau, Bapak Darminta mengangkat
sebuah sebuah naskah yang beradatkan Aceh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar