HUBUNGAN
SENIMAN DAN MASYARAKAT
Seni
merupakan semua hasil karya yang dikemas dalam bentuk tertentu yang mengadung
unsur estetika (keindahan) dan etika (perilaku yang sesuai dengan adat
istiadat). Seni tercipta karena adanya pelaku seni atau seniman yang kreatif,
tanpa adanya pelaku seni suatu kesenian tidak akan dapat tercipta. Menciptakan
sebuah karya seni, antara seniman dan masyarakat tidak bisa dipisahkan, karena
antara keduanya tersebut memiliki hubungan yang erat. Seorang seniman dalam
menciptakan suatu karya berpedoman kepada apa yang ada dan berkembang dalam
masyarakat.
Teater dan masyarakat
merupakan dua elemen yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Terciptanya
teater karena adanya masyarakat, dan masyarakat itu merupakan bagian dari
kehidupan teater. Tujuan terciptanya suatu karya teater adalah untuk masyakat
itu sendiri, karena syarat sebuah suatu pertunjukan adalah harus ada
penontonnya dan penontonnya itu adalah masyarakat tersebut.
Teater
masyarkat adalah suatu kegiatan yang didukung oleh masyarakat di daerahnya
sehingga semua anggota masyarakat tersebut merasa bertanggung jawab terhadap
kehidupan teater karena menjadi milik bersama.[1]
Teater dan masyarakat tidak bisa dipisahkan, karena teater itu merupakan
kehidupan yang hidup yang dimainkan di atas panggung. Teater sangat membutuhkan
masyarakat siamping sebagai penonton pertunjukan juga sebagai tempa observasi
dari berbagai kejadian yang terjadi.
Seniman
itu tidak hanya orang akademisi, tetapi juga tokoh masyarakat yang mengetahui
dan mampu menciptakan suatu karya seni. Di setiap daerah, tentu memiliki
kesenian tradisi yang tumbuh dan berkembang di dalam daerah tersebut yang
menjadi ciri khas suatu daerah. Contoh kesenian tradisional daerah minangkabau
yaitu randai, yang merupakan ciri khas kesenian daerah minangkabau. Randai
merupakan suatu bentuk kesenian yang di dalamnya terdapat unsur gerak (dalam
bentuk gerakan silat), pemain atau tokoh yang menjalan alur cerita randai,
legaran, dendang atau musik vokal.
Cerita
dalam randai biasanya mengangkat cerita Anggun nan tongga, siti baheram, siti
nursian, cindua mato, dan lain-lain. Semua cerita yang diangkat itu merupakan
diangkat dari cerita yang berkembang dalam masyarakat orang zaman dahulu.
Pertunjukan randai ini pada zaman dahulunya biasanya dimainkan untuk pengisi
waktu senggang yang dipertunjukkan di
lapangan atau alam terbuka, tapi sekarang seiring dengan perkembangan zaman,
maka pertunjukan randai saat sekarang sudah dipertunjukkan dalam gedung. Sangat
berbeda tekhnis pertunjukannya dibandingkan dengan zaman sekarang.
Zaman
dahulu, dalam pertunjukan randai yang dimainkan dilapang terbuka, maka antara
penonton dan pemain memiliki jarak yang dekat sehingga mereka saling
berkomunikasi, dan sering pula berdialog melenceng dari cerita sebenarnya atau
tidak sesuai dengan konsep, kadang juga tidak terkonsep hanya penampilan yang
alami. Tetapi pada zaman sekarang
pertunjukan yang sudah dimainkan di dalam gedung tertutup yang jarak antara
pemain dan penonton sangat jauh membuat pemain dan penonton tidak bisa berkomunikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar