Pages

Rabu, 27 November 2013

MODERNISASI VS TRADISI


           Hari demi hari, tahun demi tahun semakin canggihnya pemikir dan alat teknologi yang diciptakan oleh orang barat. Semua itu menjadi media bagi kita (orang timur) sebagai pemakai alat tersebut untuk mendapatkan atau  memperoleh ilmu pengetahuan. Saya melihat, bahwa banyaknya generasi muda yang terjebak dengan kecanggihan alat tekhnologi, misalnya ada sebagian siswa dan mahasiswa yang mempergunakan tekhnologi (internet) sebagai alat untuk melihat video yang tidak menunjang kepada pelajaran, ataupun mempergunakan alat tersebut (internet) mencari dan mengcopi tugas dari internet. Jadi tekhnologi musim ini selain ada dampak positif, juga ada bagi sebagian orang yang berdampakan negatif.
 Kecanggihan alat tekhnologi pada zaman sekarang membuai kita  dalam kesenangan sesaat tanpa memikirkan perkembangan cara pikir yang akan datang. Misalnya saya ambil contoh di bidang kesenian khususnya teater. Banyak yang belum mengenal apa itu seni teater? Dan apa itu drama?. Pada hal teater tersebut begitu dekat dengan kehidupan kita. Jadi apa teater itu sebenarnya?.
      Teater berasal dari bahasa yunani yaitu Teatron artinya gedung pertunjukan. Sebenarnya banyak pegertian dari teater tersebut. ada yang menyatakan bahwa teater itu berpura-pura, ada juga yang menyatakan teater itu adalah kehidupan yang hidup yang dimainkan di atas panggung. Drama adalah cermin tanpa bingkai yang mewakili gerak kehidupan dalam anasir demi anasir yang dirangkai jadi kesatuan yang utuh dan memukau”.[1] Perbedaan antara drama dengan teater merupakan bahwa teater merupakan gedung pertunjukan dimana suatu drama dilangsungkan. Penciptaan suatu pertunjukan teater, banyak yang melibatkan orang  dalam proses penciptaannya, seperti adanya sutradara, aktor atau pemain, pimpro, stage manager, kru panggung, penata lighting, penata busana dan make up, dan lain sebagainya. Semua itu memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing. Menciptakan suatu pertunjukan teater membutuh kerja kolektif (bersama). Tidak akan ada pertunjukan tanpa adanya usaha saling kerja sama.
            Proses penciptaan suatu karya teater membutuhkan waktu yang cukup panjang, mulai dari proses reading, penghafalan naskah, bloking pemain di atas pentas, yang kemudian pementasan yang ditujukan kepada masyarakat. Teater, tentu tidak semua orang mengetahui tentang hal tersebut, banyak juga yang tidak tahu tentang teater yaitu dari kalangan masyarakat awam. Menciptakan suatu pertunjukan teater harus mempertimbangkan dari segi penontonnya. Perlu diketahui, bahwa dalam suatu pertunjukan teater tersebut, berhasil tau tidaknya suatu pertunjukan tergantung pada penonton.
            Syarat terbentuknya suatu pertunjukan teater tersebut dengan adanya penonton. adanya interelasi (hubungan) antara pertunjukan dengan penonton.  Setelah mengetahui bahwa penonton teater bukan dari golongan akademisi, melainkan dari golongan masyarakat awam, tentu harus menyesuaikan pola pikir pertunjukan yang akan diterima oleh masyarakat pada umumnya. Menginfomasikan kesenian teater kepada masyarakat melalui pertunjukan yang ditontokan kepadanya. Berbicara masalah teater tradisional, yaitu merupakan teater yang tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat tertentu yang membedakannya dengan  masyarakat lainnya. Teater tradisi merupakan pembentuk ciri khas daerah masing-masing.
             Zaman sekarang banyak generasi muda yang tidak mengenali kesenian daerahnya khususnya teater-teater daerah. Misalnya teater daerah lampung yaitu Warahan, daerah riau yaitu makyong, daerah payakumbuh yaitu sijobang dan selawat dulang. Tidak hanya jenis teater yang tidak diketahuinya tetapi juga dengan seni musik daerahnya, tetapi kita memfokuskannya pada teater daerah payakumbuh. Kesenian payakumbuh yang membuat masyarakat naik daun pada zamannya. Sekarang hanya tinggal nama, tetapi masih ada sebagian orang yang masih peduli dengan kesenian daerahnya. Kepedulian itu mungkin mereka rasakan karena begitu pentingnya kesenian daerah yang akan diturunkan atau diwariskan kepada generasi muda sekarang. Mewariskan atau menurunkan suatu jenis kesenian tidaklah mudah, seperti kita lihat pada zaman sekarang banyaknya generasi muda yang tidak peduli dengan keseniannya, mungkin itu terjadi karena pengaruh tekhnologi pada zaman sekarang. Tidakpun daerah payakumbuh, daerah lain kesenian teaternya sudah mulai terlupakan, hal tersebut terjadi karena kurangnya kepedulian generasi muda untuk mempelajaridan mempertahankan kesenian daerahnya.
             Padahal, mempertahankan suatu teater daerah memiliki kebanggaan tersendiri bagi orang yang mau mempertahankannya. Kurangnya minat generasi muda akan perkembangan teater daerahnya, mungkin hal tersebut terjadi karena pengaruh westernisasi (pengaruh gaya barat) dan modernisasi( modern).  Kejadian yang dialami oleh daerah payakumbuh sekarang banyaknya generasi muda yang terjerat dengan perkembangan tekhnologi dan tidak mau mempertahankan keseniannya.
            Jelas terlihat bahwa, selain dampak positif juga ada dampak negatif yang ditimbulkan oleh modernisasi dan westernisasi. Sebagai orang normal tentu tidak ingin ketinggalan zaman. Tentu ingin gaul di depan masyarakat. tetapi pemikiran tersebut tidak diimbangi dengan pemikiran daerahnya. Sebagai warga daerah yang baik sudah sepatutnya peduli dengan kesenian daerahnya. Disamping itu pergunakanlah alat tekhologi sesuai dengan kebutuhan kita.
             Sewajarnya dari pihak pemerintahan daerah memberikan motivasi kepada anak muda generasi penerus bangsa dalam hal kesenian daerahnya khusunya teater tradisional. Juga memberikan pembelajaran dalam hal tersebut, dan mempertunjukan kesenian tersebut kepada anak muda-muda agar mereka merasa tertarik dan mau mempertahankan keseniannya.
            Kesenian hidup karena adanya seseorang ingin mempertahankannya, tanpa hal tersebut tidak akan ada suatu kesenian yang bertahan, untuk hal demikian dibutuhkan generasi atau pemuda yang peduli dengan kesenian khususnya teater tradisional yang berkembang ditengah masyarakat.
            Menurut Mochtar orang payakumbuh, ia adalah seorang pekerja seni yang bergelut dibidang Saluang Sirokpak. Beliau sudah menggeluti kesenian sejak berumur enam belas tahun sampai sekarang, dan sekarang beliau berumur enam puluh lima tahun.
            Menurut Datuk Mochtar kesenian tradisional payakumbuh yaitu Sijobang, Saluang Sirompak, Sampelong sekarang sudah hampir punah karena banyaknya pengaruh dunia modern yang mempengaruhi anak muda zaman sekarang. Akibatnya tentu berdampak kepada kesenian tradisi tersebut, yang sangat mendukung perkembangan kesenian payakumbuh. Kesenian tersebut mencapai puncak kejayaannya sekitar tahun 1990-an, dan sekarang dengan majunya ilmu pengetahuan dan tekhnologi, kurangnya minat dan kepedulian penduduk atau masyarakat payakumbuh dengan kesenian tradisinya, khususnya anak muda dan generasi penerus yang peduli dengan kesenian payakumbuh khususnya Teater tradisional.  
            Perbincangan dengan Datuk mochtar pada hari Minggu / tanggal 13 Oktober 2013 di rumah yaitu di daerah Taeh Baruah, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota. Beliau dahulunya merupakan sesorang yang mahir dalam memainkan kesenian Saluang Sirompak. Tetapi pada saat sekarang beliau sudah tidak ingin bermain kesenian Saluang Sirompak lagi. Selain faktor umur juga beliau sudah ada menurunkan kepandaian dalm memainkan kesenian Saluang Sirompak. Wawancara tersebut tidak hanya berputar sekitar Saluang Sirompak saja, tetapi juga tentang Teater Tradisi daerah payakumbuh yaitu teater tutur Sijobang. Teater Tutur Sijobang pada zaman sekarang sudah hampir punah, dan tidak ada orang yang menggantikannya lagi.
            Kepunahan suatu karya seni masyarakat karena ketidak pedulian masyarakat terhadap keseniannya itu. Kini saya sadar betapa pentingnya menghargai dan mempertahankan suatu kebudayaan daerah setempat, karena hal tersebut merupakan suatu kebanggaan bagi kita semua. Para pemuda generasi penerus bangsa, marilah kita lestarikan budaya dan kesenian tradisi kita. Siapa lagi yang akan melestarikan kesenian tradisi kalau bukan generasi muda penerus bangsa. Kita boleh mengenal dunia modern karena kita membutuhkan itu juga, tetapi kita tetap ingat akan kebudayaan dan kesenian kita sendiri yang menjadi kebanggaan bagi kita semua.

By: Wiwi Wulandari
           














1.      [1] Tambajong, japi. Dasar-dasar dramaturgi. Bandung: Pusaka prima. 1981.Hal 39

Tidak ada komentar:

Posting Komentar