Penonton
merupakan syarat terciptanya suatu pergelaran, tanpa adanya penonton suatu pergelaran
itu belum sah dikatakan pertunjukan. Penonton menempati posisi yang terpenting
bagi sebuah pergelaran. Tapi, akhir-akhir ini penonton menjadi terabaikan,
karena pertunjukan hanya mementingkan kebutuhan bagi pelaku saja, tanpa
memikirkan penontonnya. Ruang dalam penonton merupakan sejauh mana pelaku seni
mampu mengetahui pola pikir penontonnya, apakah penontonnya itu masyarakat awam
atau orang yang melalui jenjang pendidikan. Disini pelaku seni itu harus mempertimbangkan
jenis pertunjukan yang akan diciptakan, kepada siapa pertunjukan itu
dipertunjukkan.
Penonton
dan pergelaran yang tidak bisa terpisahkan, pada prinsipnya keberhasilan atau
kegagalan sebuah pergelaran tergantung kepada penontonnya. Sebagai contohnya,
Seperti yang dikatakan oleh Lono Simatupang dalam buku pergelaran, bahwa di
kalangan pemain Topeng Kaleng di wilayah Jababeka, Jawa barat, ukuran
keberhasilan dinyatakan dengan istilah “jadi”. Sebuah pergelaran disebut
berhasil bila pergelaran tersebut jadi. Adapun jadi itu sendiri diukur bukan
dari aktivitas penyaji belaka, melainkan dari reaksi penonton yang diberikan
atas aksi penyaji dalam pergelaran.
Demikian
pentingnya posisi penonton, yang harus dipertimbangkan lagi jenis dan kualitas
pertunjukan yang akan disuguhkan kepada penonton. mempertimbangkan disini
maksudnya yaitu dengan memahami tujuan penonton yang akan dihadirkan harus
mampu memahami isi dari pertunjukan. Tidak hanya memenuhi kewajiban berkarya
bagi si pelaku seni, tapi juga mampu memenuhi keinginan penonton. Penonton
datang menghadiri suatu pertunjukan dan berharap untuk mendapatkan kepuasan
yang diinginkannya. Menonton pergelaran, bisa membuat penonton terpukau dan
mendapatkan pesan yang ingin disampaikan melalui cerita pertunjukan. Cerita
dari pergelaran (teater) tidak akan tercipta tanpa adanya masyarakat, karena
cerita yang diangkat dalam sebuah pertunjukan teater masih cerita yang terjadi
disekitar masyarakat tersebut.
Cerita
tersebut terkadang menjadi pelajaran bagi si penonton, karena dalam cerita
pergelaran (teater) disamping untuk hiburan juga terdapat pesan moral yang
dapat diambil bagi si penonton. misalnya seseorang (yang sering melawan kepada
orang tuanya) yang sedang menonton pertunjukan anak yang durhaka yang akhir
ceritanya mati yang mengganaskan, sehingga membuat penonton tersebut sadar
bahwa yang ia lakukan itu salah, dan mendapatkan balasannya di hari akhir.
Kemudian orang itu berusaha berbuat baik kepada orang tuanya. Jadi seni
pergelaran (teater) dapat memberikan pengaruh kepada penontonnya baik itu
pengaruh buruk maupun pengaruh baik, tergantung diri pribadi masing-masing yang
menonton.
Disamping
bisa memberikan pesan moral kepada penontonnya, pergelaran (teater) juga
berfungsi sebagai terapi yaitu seseorang yang sedang gelisah atau sedang
stress, bawalah kesuatu pertunjukan yang lucu atau komedi maka jiwanya akan
menjadi tenang dan memiliki ketenangan batin bagi diri si penonton tersebut.
sebagai semboyan bahwa “ hidup tanpa seni itu hampa”. Senilah yang mengisi
kehidupan kita, tanpa seni kehidupan tidak akan berwarna dan tidak akan
mengenangkan. Tuhan sebagai makhluk pencipta saja, mencipta apa-apa yang ada
dibumi ini diciptakan penuh dengan seni.
Seni
merupakan semua hasil karya yang dikemas dalam bentuk tertentu yang mengadung
unsur estetika (keindahan) dan etika (perilaku yang sesuai dengan adat
istiadat). Seni tercipta karena adanya pelaku seni atau seniman yang kreatif,
tanpa adanya pelaku seni suatu kesenian tidak akan dapat tercipta. Menciptakan
sebuah karya seni, antara seniman dan masyarakat tidak bisa dipisahkan, karena
antara keduanya tersebut memiliki hubungan yang erat. Seorang seniman dalam
menciptakan suatu karya berpedoman kepada apa yang ada dan berkembang dalam
masyarakat.
Seniman
itu tidak hanya orang akademisi, tetapi juga orang atau tokoh masyarakat yang
mengetahui dan mampu menciptakan suatu karya seni. Di setiap daerah, tentu
memiliki kesenian tradisi yang tumbuh dan berkembang di dalam daerah tersebut
yang menjadi ciri khas suatu daerah. Contoh kesenian tradisional daerah
minangkabau yaitu randai, yang merupakan ciri khas kesenian daerah minangkabau.
Randai merupakan suatu bentuk kesenian yang di dalamnya terdapat unsur gerak
(dalam bentuk gerakan silat), pemain atau tokoh yang menjalan alur cerita
randai, legaran, dendang atau musik vokal.
Cerita
dalam randai biasanya mengangkat cerita Anggun nan tongga, siti baheram, siti
nursian, cindua mato. Semua cerita yang diangkat itu merupakan diangkat dari
cerita yang berkembanga dalam masyarakat orang zaman dahulu. Pertunjukan randai
ini pada zaman dahulunya biasanya dimainkan untuk pengisi waktu senggang yang dipertunjukkan di lapangan atau alam terbuka,
tapi sekarang sering dengan perkembangan zaman, maka pertunjukan randai saat
sekarang sudah dipertunjukkan dalam gedung. Sangat berbeda tekhnis
pertunjukannya dibandingkan dengan zaman sekarang.
Zaman
dahulu, dalam pertunjukan randai yang dimainkan dilapang terbuka, maka antara
penonton dan pemain memiliki jarak yang dekat sehingga mereka saling
berkomunikasi, dan tidak pula berdialog melenceng dari cerita sebenarnya. Tetapi
pada zaman sekarang pertunjukan yang sudah dimainkan di dalam gedung tertutup
yang jarak antara pemain dan penonton sangat sajauh membuat pemain dan penonton
tidak bisa berkomunikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar