KESENIAN
TRADISIONAL PAYAKUMBUH YANG TERLUPAKAN
Kesenian payakumbuh yang terkenal
dengan tiga sijoli tersebut yaitu Sijobang, Sirompak, dan Sampelong yang sudah
terlupakan. Kurangnya minat masyarakat payakumbuh terhadap kesenian tradisi
tersebut khususnya pemuda-pemuda payakumbuh yang berperan sebagai generasi
penerusnya. faktor penyebabnya yaitu dengan masuknya gaya-gaya modern yang
terutama tentang kesenian. Kesenian tradisional payakumbuh masih berkembang sekitar
tahun 1990-an sekarang kesenian tersebut hanya tinggal nama.
Seorang
seniman di Payakumbuh tepatnya di daerah Taeh Baruah yaitu Dt Muktar dia sudah
mengenal seni dari umur 15 tahun sampai sekarang. beliau berusia 65 tahun dan sudah menggeluti
dunia seni khususnya saluang sirompak. Menurutnya Basirompak merupakan budaya
nagari Taeh Baruah dan Taeh Bukik yang disahkan masyarakatnya. Sirompak berasal
dari kata Rompak, yang berarti dobrak, rampok, rampas,atau mengambil secara
paksa. Basirompak adalah upaya memaksa bathin seseorang dengan bantuan kekuatan
gaib agar menuruti kemauan mereka yang merompak.Ini merupakan suatu bentuk
upacara ritual magis yang dilakukan oleh seorang pawang sirompak dengan tujuan
menaklukkan hati seorang perempuan yang telah menghina seorang laki-laki. Ritus ini, dilakukan oleh seoran pawang
(tukang sirompak) yang dibantu oleh seorang peniup saluang sirompak dan seorang
tukang soga.Pawang bertugas mendendangkan mantra-mantra dan memainkan sebuah
gasing (gasiang tangkurak).
Gasiang
tengkorak terbuat dari tulang dahi (kening) manusia pemberani yang mati
terbunuh. Cara pengambilan tengkorak itu dengan menggali kuburan mayat yang di
makamkan lebih kurang sebulan lamanya. Setelah tengkorak itu di temukan diikat
tali kain kafan serta benang tujuh ragam. Kemudian digantung pada tempat yang
sakti dengan syarat setiap malam kamis tengkorak itu diasapi dengan kemenyan.
Pembakaran kemenyan itu dilakukan selama tujuh malam. Seseorang yang terkena
sirompak tersebut tidak bisa untuk menyembuhkannya kembali saperti biasa, jadi
seseorang itu akan membawa penyakit tersebut sampai mati. Orang yang terkena
sirompak itu menjadi tidak waras, dan menghabiskan sisa hidupnya dengan
mencari-cari orang yang manyirompaknya, karena orang yang terkena sirompak
hatinya sudah terpikat kepada orang yang manyiropaknya.[1]
Kesenian
Payakumbuh yang menjadi ciri khas daerahnya, selain Sirompak juga ada sijobang.
Sijobang merupakan sebuah kesenian yang terdapat suatu kisah atau cerita yang
disusun secara berurutan. Alat musik pengiring Sijobang berupa rabab, kecapi, korek api,
biola. Daerah Payakumbuh memakai korek api sebagai alat musik dalam bermain
sijobang. Pemain sijobang ini hanya satu orang, dia menyampaikan cerita
sekaligus memainkan alat musiknya. Irama vokal dalam menyampaikan cerita atau
kisah harus sesuai atau selaras dengan
irama musik yang dimainkannya. Cerita yang diangkat dalam memainkan sijobang
itu biasanya cerita Anggun nan tongga, Siti gondoriah. Pedendang basijobang
terkenal di Sumatera Barat adalah: Tuen Islamidar dari Nagri Talang Maur,
Kecamatan Mungka, Kabupaten Lima Puluh Kota. Datuk Kodo dari Nagari Sungai
Talang, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota. [2]
Sijobang
termasuk ke dalam teater tutur. Teater tutur adalah teater yang diangkat dari
suatu cerita, timbul dinyanyikan dengan cara monolog yang dibawakan oleh
seseorang saja. Menurut alumni STSI Padangpanjang,
Sijobang
akan terasa asik didengar, apabila utuh dinikmati. Apabila didengar
setengah-setengah, sulit mengetahui alur cerita yang disampaikan pembawa kaba
dalam Sijobang. Sijobang sangat terkenal pada era 80-an dan masih berkembang
pada saat itu, tetapi akhir-akhir ini kesenian tersebut kurang diminati oleh
pemuda-pemuda setempat yaitu di Payakumbuh. Kurangnya minat generasi penerus
menjadi cambuk terancam punahnya kesenian di Payakumbuh. Kesenian-kesenian
hanya orang tua-tua yang tahu cara memainkannya karena tentu adanya tekhnis
melakukannya tidak bisa sembarangan orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar